Lelucon Yahudi

Invasi Israel sejak awal sudah merupakan lelucon yang menyedihkan. Bagaimana tidak? Dengan persenjataan mutakhir, Israel menggempur sekelompok militan di secuil wilayah Gaza. Serangan terus dilakukan tanpa memedulikan ratusan jiwa sipil melayang. Sebuah genosida di mata dunia yang beradab. Roket dan mortir Hamas dibalas dengan serangan roket dan bom pesawat tempur modern. Belum lagi pasukan infanteri dan altileri yang sudah merangsek ke dalam jalur Gaza. Gencatan senjata selama tiga jam setiap harinya pun serasa hanya setetes embun di gurun tandus.

Sebab Israel melancarkan operasi Coast Lead ini pun mengada-ada. Katanya Hamas telah mencederai komitmen perjanjian damai dengan roket dan mortirnya. Padahal, roket dan mortir yang ditembakkan Hamas ke wilayah Israel bukanlah sesuatu yang mengancam keberadaan Israel maupun penduduknya. Serangan Hamas lebih sebagai gertakan agar Israel tetap tahu diri. Dan lelucon pun dimulai. Serangan-serangan sporadis dan tak berorientasi menghancurkan dibalas dengan operasi militer besar-besaran. Peralatan dengan akurasi tinggi menghancurkan jalur Gaza dalam waktu singkat. Gedung dan obyek yang dianggap sebagai “persembunyian Hamas” mereka hancurkan. Sekolah tempat anak-anak tak berdosa menuntut ilmu untuk perdamaian dunia pun mereka luluh lantakkan.

Meski kecaman terus bermunculan, Israel tetap pada pendiriannya. Perang ini bukan perang antar agama. Tetapi perang dengan latar belakang politik dan perebutan wilayah yang sedari dulu berkobar. Saya jadi teringat akan jawaban seorang rekan Jordan saya yang ketemu di Kuta, Bali saat saya tanyai tentang invasi Israel ini. “Semua kekacauan di dunia ini yang menyebabkan adalah Yahudi”. Inilah jawaban yang mungkin dituding subjektif oleh sebagian kalangan. Karena jawaban itu datang dari seorang muslim yang ayahnya berasal dari Palestina.