Vatican City, Rabu -
Beberapa waktu lalu, Paus Benediktus pernah membuat kontroversi lewat pernyataannya soal hubungan dengan Yahudi dan Muslim.
Ketika itu, dia juga berpidato yang menghubungkan sebagian ajaran agama yang terkesan mendukung aksi kekerasan.
Paus Benediktus juga membatalkan ekskomunikasi atas seorang uskup yang menolak kebenaran pembantaian Yahudi oleh Nazi Jerman.
Beberapa warga Yahudi dan Muslim menanggapi komentar Paus itu dalam nada marah. Hal itu mungkin akan membuat perjalanannya agak berat. Paus Benediktus melawat ke Timur Tengah bersama beberapa pengamat gereja yang akan menilai apakah kunjungan tersebut dapat memperbaiki hubungan.
Pada Rabu (6/5), Paus Benediktus mengatakan ingin berbagi aspirasi, harapan, juga rasa sakit serta perjuangan mereka yang akan dia kunjungi. ”Saya akan datang ke tempat Anda sebagai peziarah yang damai.”
Sesungguhnya latar belakang kunjungan tersebut adalah konflik Israel-Palestina. ”Situasi politik dan gereja di Timur Tengah sangat memudahkan kunjungan itu,” ujar Kardinal Walter Kasper, yang tugasnya mengurusi hubungan Vatikan dengan Yahudi.
”Sebuah keseimbangan akan terjadi. Paus akan berada di Israel dan bertemu warga Yahudi. Paus juga akan bertemu dengan warga Kristen yang tinggal di wilayah Palestina. Ini merupakan tugas yang sulit, tetapi perlu,” ujarnya lagi.
Perjalanan pada 8-15 Mei itu mencerminkan perjalanan historis yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2000. Ketika itu, Paus Yohanes dapat mencapai tujuan dan disukai kedua pihak, Muslim dan Yahudi.
Di Jordania, Paus Benediktus akan disambut Raja Abdullah II yang aktif mendorong perdamaian di Timur Tengah. Dia menekankan agar para pemimpin Kristen, Yahudi, dan Muslim memainkan peran lebih banyak untuk mencapai perdamaian.
Semua mata dan telinga tampaknya akan melihat dan mendengar apa yang akan dikatakan Paus di Masjid Amman, masjid terbesar di Jordania. Ini adalah masjid kedua yang dia kunjungi setelah Masjid Biru di Istanbul, Tukri pada 2006.
No comments:
Post a Comment